Penyakit Tiphus/Tipes

Rabu, 26 Desember 2012

Pengertian
Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C, selain ini dapat juga menyebabkan gastroenteritis (keracunan makanan) dan septikemia (tidak menyerang usus)
Kuman tersebut masuk melalui saluran pencernaan, setelah berkembang biak kemudian menembus dinding usus menuju saluran limfa, masuk ke dalam pembuluh darah dalam waktu 24-72 jam. Kemudian dapat terjadi pembiakan di sistem retikuloendothelial dan menyebar kembali ke pembuluh darah yang kemudian menimbulkan berbagai gejala klinis.

Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut TYPHOID FEVER atau Thypus abdominalis, karena berhubungan dengan usus pada perut.
Diagnosis
Untuk mengetahui penyakit tersebut lakukan pemeriksaan laboratorium seperti :
-Terjadinya penurunan sel darah putih
-Anemia rendah karena pendarahan pada usus
-Trombosit menurun
-Menemukan bakteri salmonella typhosa pada kotoran, darah, urin

Peningkatan titer Widal
 Reaksi Widal merupakan test imunitas yang ditimbulkan oleh kuman Salmonella typhi/ paratyphi, yaitu kuman yang terdapat di minuman dan makanan kita yang terkontaminasi dengan tinja orang yang sakit. Dikatakan meningkat bila titernya lebih dari 1/400 atau didapatkan kenaikan titer 2 kali lipat dari titer sebelumnya dalam waktu 1 minggu.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemui bradikardi (denyut melemah) relatif, pembesaran limfa, tegangnya otot perut, dan kembung. Serta, periksakanlah apakah kandung empedu anda tidak mengalami peradangan menahun karena bakteri Tipes dapat menempati kandung empedu.

Gejala
Gejala yang dialami penderita Tipes dapat diuraikan menjadi berikut ini :
- Panas badan yang semakin hari bertambah tinggi, terutama pada sore dan malam hari. Terjadi selama 7-10 hari, kemudian panasnya menjadi konstan dan kontinyu. Umumnya paginya sudah merasa baikan, namun ketika menjelang malam kondisi mulai menurun lagi.
- Pada fase awal timbul gejala lemah, sakit kepala, infeksi tenggorokan, rasa tidak enak di perut, sembelit atau terkadang sulit buang air besar, dan diare.
- Pada keadaan yang berat penderita bertambah sakit dan kesadaran mulai menurun.

Pencegahan
Penyakit Tipes dapat ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar dengan kuman Tipes , Salmonella typhosa, kotoran, atau air kencing dari penderita Tipes.
Bila anda sering menderita penyakit ini kemungkinan besar makanan atau minuman yang Anda konsumsi tercemar bakterinya. Hindari jajanan di pinggir jalan terlebih dahulu. Atau telur ayam yang dimasak setengah matang pada kulitnya tercemar tinja ayam yang mengandung bakteri Tipes.
Untuk mencegah agar seseorang terhindar dari penyakit ini kini sudah ada Vaksin Tipes atau Tifoid yang disuntikkan atau secara minum obat dan dapat melindungi seseorang dalam waktu 3 tahun. Mintalah Dokter anda memberikan imunisasi tersebut.
Daya tahan tubuh juga harus ditingkatkan seperti gizi yg baik, tidur 7-8 jam/24 jam, olah raga secara teratur 3- 4 kali seminggu selama 1 jam. Bagi orang yang pernah mengalami penyakit Tipes sebaiknya tidak melakukan kegiatan yang sangat melelahkan. Karena akan lebih mudah kambuh kembali daripada orang yang sama sekali belum menderita Tipes.
Hindarilah makanan yang tidak bersih. Cucilah tangan sebelum makan. Bagi penderita carrier (tidak menderita penyakit ini, namun dapat menyebarkan bakterinya) tetap mengkonsumsi obat.

Pengobatan
Penyakit ini tidak terlalu parah, namun sangat dapat menganggu aktifitas kita. Yang sangat dibutuhkan adalah istirahat total selama beberapa minggu bahkan bulan. Bagi orang yang sangat aktif, hal ini sangat menderita. Anda terasa tidak bisa apa-apa ( setidaknya ini yang saya rasakan ketika menderita penyakit ini).
Yang perlu diperhatikan pasca terkena Tipes adalah pola makan yang benar. Misalnya harus lunak, ya terapkan makan lunak sampai batas yang telah ditentukan dokter, kemudian makanan yang berminyak, pedas, asam, spicy hindari. Kurangi kegiatan yang terlalu menguras tenaga. Kemudian untuk menjaga stamina bisa diberikan Kapsul Tapak ( sesuai ketentuan dokter) Liman 3 x 2 Kaps/hr, Kaps Daun sendok 3 x 2 Kaps.hr, dan Patikan Kebo 3 x 1 Kaps/hr. (untuk membantu mempercepat penyembuhan luka diusus akibat Typus).
Pengobatan pada penderita ini meliputi tirah baring, diet rendah serat – tinggi kalori dan protein, obat-obatan berupa antibiotika (dijelaskan pada paragraf berikutnya), serta pengobatan terhadap komplikasi yang mungkin timbul.
Obat untuk penyakit Types adalah antibiotika golongan Chloramphenikol, Thiamphenikol, Ciprofloxacin dll yg diberikan selama 7 – 10 hari. Lamanya pemberian antibiotika ini harus cukup sesuai resep yg dokter berikan. Jangan dihentikan bila gejala demam atau lainnya sudah reda selama 3-4 hari minum obat. Obat harus diminum sampai habis ( 7 – 10 hari ). Bila tidak, maka bakteri Tipes yg ada di dalam tubuh pasien belum mati semua dan kelak akan kambuh kembali.

lampiran:
http://artikesehatan.wordpress.com/tiphustipes/

Penyakit Diabetes Melitus?

Senin, 24 Desember 2012











 Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau keduanya. Tubuh pasien dengan diabetes mellitus tidak dapat memproduksi atau tidak dapat merespon hormon insulin yang dihasilkan oleh organ pankreas, sehingga kadar gula darah meningkat dan dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang pada pasien tersebut.

Diabetes mellitus (DM) dibagi menjadi beberapa tipe.


  1. DM tipe I biasanya menimbulkan gejala sebelum usia pasien 30 tahun, walaupun gejala dapat muncul kapan saja. Pasien DM tipe I memerlukan insulin dari luar tubuhnya untuk kelangsungan hidupnya. 
  2.  DM tipe II biasanya dialami saat pasien berusia 30 tahun atau lebih, dan pasien tidak tergantung dengan insulin dari luar tubuh, kecuali pada keadaan-keadaan tertentu. Tipe DM lainnya adalah DM gestasional, yakni DM yang terjadi pada ibu hamil, yang disebabkan oleh gangguan toleransi glukosa pada pasien tersebut.
Saat ini jumlah pasien DM tipe II semakin meningkat, dikarenakan pola hidup yang semakin tidak sehat, misalnya kurang aktivitas fisik serta pola makan yang tidak sehat. Faktor risiko untuk DM tipe II antara lain: genetik, lingkungan, usia tua, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, riwayat DM gestasional, serta ras atau etnis tertentu.
Gejala DM tipe II antara lain:

  • rasa haus yang berlebih,
  • buang air kecil lebih sering (frekuensi terbangun dari tidur untuk berkemih saat malam hari menjadi lebih sering dari biasanya),
  • banyak makan,
  • penurunan berat badan tiba-tiba tanpa sebab yang jelas
  • Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar gula darah, yakni gula darah setelah puasa 8 jam atau gula darah sewaktu.

Penyakit diabetes atau kencing manis mempunyai sifat merusak organ tubuh penderitanya. Organ-organ tubuh yang diserang pada umumnya adalah organ tubuh yang banyak terdapat urat saraf. Bila organ tubuh yang diserang seperti jantung atau ginjal akan berakibat kematian pasien diabetes atau kencing manis.
Untuk itu pasien diabetes atau kencing manis perlu mengetahui atau mengenal keadaan kondisi fisik dirinya sendiri. Berikut beberapa kondisi fisik yang perlu diperhatikan:
Keadaan kepala penderita diabetes atau kencing manis
a. Rambut
Penderita diabetes atau kencing manis yang sudah menahun dan tidak terawat secara baik, biasanya  rambutnya lebih tipis. Bila akar rambut terserang, rambut mudah rontok.
b.Telinga
Karena urat saraf bagian pendengaran diabetes atau kencing manis mudah rusak, telinga sering mendenging dan bila tidak diobati dapat terjadi ketulian.
c. Mata
Bila kadar glukosa di dalam darah mendadak tinggi, lensa mata menjadi cembung.
Penyakit diabetes atau kencing manis dapat menyebabkan lensa mata menjadi keruh (tampak putih), penderita mengeluh penglihatan menjadi kabur (katarak).
Komplikasi menahun pada mata yang lain adalah meningkatnya tekanan bola mata yang disebut glaukoma.
Gangguan pada retina mata akibat DM disebut retinopati diabetik dimana terjadi penyempitan pembuluh darah kapiler disertai eksudasi dan perdarahan pada retina.
Keadaan rongga mulut penderita diabetes atau kencing manis
a. Lidah
Lidah penderita diabetes atau kencing manis sering membesar dan terasa tebal sehingga  terjadi gangguan pengecapan pada lidahnya
b. Ludah
Ludah penderita DM seringkali menjadi lebih kental, sehingga mulutnya terasa kering,  disebut xerostomia diabetic
c. Gigi dan gusi
Karena jaringan yang mengikat gigi pada rahang yang disebut periodontium  mudah rusak, gigi penderita diabetes atau kencing manis mudah goyah dan mudah lepas, gusi membengkak sehingga gigi tampak keluar ( modot).
Keadaan paru dan jantung penderita DM
a. Paru-paru
Penderita DM mudah terjadi TBC paru.
b. Jantung
Penderita diabetes atau kencing manis mudah terkena penyakit  jantung koroner, penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner, mudah terjadi infark miokard dimana otot jantung menjadi lemah karena kekurangan suplai oksigen.
Keadaan organ hati penderita diabetes atau kencing manis
Penderita diabetes atau kencing manis akan mengalami penyakit lever akibat diabetesnya kelainan ini  disebut “Penyakit Hati Diabetik”. Penderita diabetes atau kencing manis lebih mudah mengidap radang hati karena virus Hepatitis B dan hepatitis C dibanding orang yang tidak menderita penyakit DM.
Keadaan alat pencernaan penderita diabetes atau kencing manis
a. Lambung
Pada penderita DM, akhirnya urat saraf pemelihara lambung akan rusak, lambung menggelembung sehingga proses pengosongan lambung terganggu.
b. Usus
Pada Penderita DM mengeluh sukar BAB yang disebut obstipasi diabetic.
Keadaan ginjal dan kandung kemih
a. Ginjal
Pada penderita diabetes atau kencing manis mempunyai kecenderungan tujuh belas kali lebih mudah mengalami gangguan fungsi ginjal yang disebabkan oleh faktor infeksi berulang yang timbul pada DM dan adanya penyempitan pembuluh darah kapiler yang disebut mikroangiopati diabetic.
b. Kandung kemih
Pada penderita diabetes atau kencing manis sering mengalami infeksi saluran kemih (ISK) yang berulang, selain itu urat saraf yang memelihara kandung kemih sering rusak sehingga dinding kandung kemih menjadi lemah. Sifat kontrol urat saraf terganggu menyebabkan penderita sering ngompol atau air  kencingnya keluar sendiri tanpa disadari yang disebut inkontinesia urine.
Kemampuan seksual penderita diabetes melitus
Jika kerusakan sarafnya sudah berat dan permanen biasanya penderita diabetes atau kencing manis akan menderita impoten yang menetap. Impoten pada penderita diabetes atau kencing manis dapat dibedakan 2 jenis, impotensi neurogenik dan impotensi psikogenik.
Keadaan urat saraf penderita diabetes atau kencing manis
Karena glukosa di dalam darah penderita  diabetes atau kencing manis demikian tinggi, akan merusak urat saraf penderita  jika prosesnya berlangsung lama. Kelainan urat saraf akibat penyakit DM disebut neuropati diabetic.
Gejala yang sering muncul:
  • Kesemutan
  • Rasa panas atau rasa tertusuk – tusuk jarum
  • Rasa tebal terjadi di telapak kaki
  • Kram
  • Badan sakit terutama malam hari
  • Bila ada kerusakan urat saraf disebut polineuropati diabetic.
Keadaan pembuluh darah pada penderita diabetes atau kencing manis
Jika sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai  (makroangiopati diabetik), tungkai akan lebih mudah mengalami gangren diabetic, yaitu luka pada kaki yang merah kehitam – hitaman dan busuk. Bila sumbatan terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar penderita DM akan merasa tungkainya sakit sesudah ia berjalan pada jarak tertentu  karena aliran darah ke tungkai tersebut berkurang dan disebut claudicatio intermitten.

Yang penting dilakukan oleh pasien DM adalah mengontrol kadar gula darahnya. Kadar gula darah yang tidak terkontrol (selalu tinggi, atau kadang tinggi kadang rendah, atau terlalu rendah) dapat menimbulkan komplikasi pada pasien DM. Komplikasi jangka pendek misalnya hipoglikemia, yaitu keadaan di mana kadar gula darah yang terlalu rendah (<70 mg/dl). Gejala yang dirasakan pada saat pasien hipoglikemia adalah berkeringat, jantung berdebar, rasa lapar, dan gemetar. Jika tidak diterapi segera, pasien dapat kehilangan kesadaran, meracau dan kejang-kejang. Komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi biasanya melibatkan pembuluh darah besar maupun kecil serta sistem saraf. Komplikasi dapat mengenai organ-organ vital seperti otak, jantung, ginjal, mata, persarafan dan lain-lain, sehingga diperlukan pemeriksaan rutin secara teratur.

Diabetes melitus memang tidak dapat disembuhkan, tapi masih bisa dikontrol.

Pada pasien diabetik, diet merupakan aspek penting untuk mengontrol peningkatan kadar glukosa darah. Asosiasi Diabetes Amerika (The American Diabetes Association (ADA)) menganjurkan diet seimbang dan bernutrisi yang rendah lemak, kolesterol serta gula sederhana. Saat ini ADA bahkan telah melarang konsumsi gula sederhana kecuali dalam jumlah kecil dan dikonsumsi bersama dengan makanan kompleks. 

Penurunan berat badan dan olah raga sangatlah penting karena akan meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, sehingga membantu mengontrol peningkatan kadar glukosa darah. Olah raga yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang dianjurkan dilakukan secara teratur selama 30 menit, 3-4 kali seminggu. Selain itu aktivitas sehari-hari dapat tetap dilakukan seperti berkebun, membersihkan rumah, berjalan ke pasar dan naik turun tangga. Yang harus diperhatikan di sini, untuk pasien DM tipe 2 yang sudah memiliki komplikasi pada mata atau kaki harus dilakukan penyesuaian pada aktivitas fisiknya.

Pasien DM tipe 2 yang merokok akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi diabetes yaitu penyakit jantung koroner, stroke dan gangguan sirkulasi darah pada anggota gerak. Hal ini terjadi karena rokok merusak struktur pembuluh darah. Oleh karena itu pasien DM sangat dianjurkan untuk berhenti merokok.

Pasien DM dianjurkan untuk berkonsultasi secara rutin ke dokter untuk mengontrol hasil pengobatan. Jika kadar glukosa darah belum mencapai angka yang diharapkan, maka dokter akan menyesuaikan dosis obat atau insulin yang diberikan. Selain itu, pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien dengan menggunakan glukometer. Pasien dapat mencatat hasil pemeriksaannya dan memberikannya kepada dokter saat berkonsultasi. Jika kadar glukosa darah sudah menjadi atau mendekati nilai normal dengan meminum obat atau insulin, pasien harus tetap meminum OHO atau memakai insulin sesuai dosis yang telah diberikan oleh dokter dan kembali berkonsultasi sesuai jadwal yang telah ditentukan.

lampiran :